Surganya Wisata Indonesia

Pesona Surga Terpencil Pulau Sapeken Sumenep Madura

0

Asal Usul Wisata Pulau Sapeken Madura

Pulau Sapeken Madura
by instagram @iffahfu

Pulau Sapeken Sumenep Madura – Mengulas tentang wisata kepulauan, sepertinya Pulau Madura merupakan tempat yang tepat bagi Anda yang berada di wilayah provinsi Jawa Timur. Walaupun tidak seindah wisata pulau di wilayah Indonesia bagian tengah, namun objek wisata Madura juga patut untuk dipertimbangkan sebagai destinasi pariwisata. Beranjak dari Pantai Siring Kemuning dan Pantai Nepa, kini saatnya melaju ke bagian Timur Pulau Madura tepatnya di kawasan Pulau Kangean. Untuk menutup kegiatan wisata Anda, Anda bisa mengunjungi Pulau Sapeken sebagai destinasi terakhir.

Wisata Pulau Sapeken sangat cocok bagi Anda yang gemar melakukan penelitian sosial seputar budaya, sejarah, dan kebiasaan hidup bermasyarakat. Wisata alam sangat sedikit yang bisa dijumpai di tempat ini. Tetapi, ketika Anda tiba di Pulau Sapeken, Anda akan diperlihatkan pemandangan yang tidak biasa seperti di pulau-pulau lain. Meski berada di pesisir pantai yang jauh dari jangkauan hewan-hewan buas layaknya di daerah Sumatera dan Kalimantan, rumah-rumah yang ada di Pulau Sapeken juga dibuat dengan bentuk rumah panggung. Hal ini disebabkan ketika terjadi pasang air laut, rumah akan terendam air. Sehingga dibuatlah rumah panggung ini. Rumah-rumah bahkan ada yang dibangun di atas perairan. Sehingga jika dilihat sekilas, perumahan yang ada seperti perkampungan apung. Sebab, jika ingin keluar rumah saja, warga harus menaiki perahu.

Pulau Sapeken Sumenep Madura
by instagram @bj.umam

Sapeken Island, demikian para turis asing menyebut, mempunyai pasir putih di pantainya. Anda bisa terlebih dahulu menikmati pantai sebelum masuk lebih dalam menjelajahi isi pulau. Di pantai tersebut, Anda akan diperlihatkan banyak kapal nelayan yang berlabuh di tepi pantai. Pantai tersebut menjadi pelabuhan besar yang menjadi penghubung bagi pulau-pulau kecil yang berada di sekitarnya. Hal tersebut wajar, karena memang sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah sebagai nelayan pencari ikan dan Pulau Sapeken adalah pulau yang menjadi pusat pemerintahan, walaupun luas wilayahnya lebih kecil dari pulau-pulau yang dipimpinnya.

Kunjungi :  Melirik Museum Trinil Ngawi yang Cukup Menarik

Pulau kecil Sapeken sudah mempunyai fasilitas layaknya pulau besar lainnya di sekitar Madura. Untuk menjual ikan hasil tangkapan, ada pasar desa di pulau ini. Anda bisa menyaksikan aktivitas pasar seperti biasanya di sana. Setelah berlayar dari mencari ikan, para nelayan membawa ikan hasil tangkapannya tersebut ke pasar. Meskipun terlihat sederhana, namun perekonomian masyarakat sangat terjamin, bahkan banyak juga sebagian masyarakat yang hidup berkecukupan. Hal tersebut dapat dilihat dari keadaan atau bentuk rumah dan fasilitas yang dimiliki di dalam rumah. Tetapi meskipun hidup dengan sejahtera, Anda jangan berharap akan menemukan sarana transportasi mobil maupun mobil pribadi di Pulau Sapeken. Kendaraan mewah di tempat ini hanyalah sepeda motor dan alat transportasi umumnya berupa becak. Para nelayan menggunakan alat dorong semacam gerobak besar untuk mengangkut ikan-ikan hasil tangkapan ke pasar desa.

Pelabuhan Sapeken
by instagram @maryam_salim85

Warga Pulau Sapeken membeli perlengkapan atau kebutuhan sehari-hari yang tidak terdapat di dalam pulau dengan berlayar menuju Banyuwangi. Mengapa Banyuwangi? Karena waktu tempuh yang lebih singkat yaitu 6 hingga 9 jam dari pada melalui Sumenep Madura yang mencapai waktu hingga 12 jam. Coba bayangkan saja. Mereka harus melakukan saha sedemikian keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hendaknya kita selalu bersyukur atas aneka kemudahan yang bisa kita lakukan di tempat kita sekarang tinggal. Anda bisa melihat secara utuh wilayah di kepulauan Sapeken dengan melihat peta Pulau Sapeken Madura.

Luas Pulau Sapeken ini mencapai 2.45 kilometer persegi. Luas tersebut dihuni oleh ribuan kepala keluarga. Padat sekali jumlah penduduk Pulau Sapeken ini. Bila dihitung secara menyeluruh, jumlah penghuni Kecamatan Sapeken dan pulau-pulau di sekitarnya adalah hampir 20 an ribu, yakni mencapai angka 18.000 kepala keluarga. Ada 9 desa yang secara administratif masuk di kawasan Pulau Sapeken. Desa-desa tersebut adalah Desa Sekala, Desa Pagerungan Besar, Desa Sasiil, Desa Paliat, Desa Sabuntan, Desa Sepanjang, Desa Pagerungan Kecil, Desa Tanjung Kiaok, dan Desa Sapeken. Masing-masing desa tersebut berada pada pulau yang berbeda kecuali Desa Tanjung Kiaok yang turut berada di Pulau Sepanjang Sapeken. Indah sekali bukan Pulau Kangean Sapeken ini? Desa ke desa dihubungkan dengan perairan. Seharusnya, jika mau memperhatikan secara maksimal, potensi wisata di kepulauan ini akan semakin berkembang.

Kunjungi :  40 Tempat Wisata di Tegal Jawa Tengah Terbaru

Salah satu hal yang menjadi kekurangan di Pulau Sapeken adalah ketersediaan aliran listrik yang terbatas. Warga hanya bisa menikmati aliran listrik mulai dari sore hari menjelang matahari terbenam hingga pagi hari. Namun, bagi masyarakat yang memiliki tingkat perekonomian di atas rata-rata, mereka tetap bisa menikmati aliran listrik selama 24 jam penuh dengan menggunakan sarana genset. Tentu hal ini masih harus dibenahi lagi oleh pemerintah mengingat pemerataan atau kesejahteraan yang seharusnya diterima oleh seluruh warga Indonesia. Ketidakadanya pemerataan ini diterima oleh hampir sebagian besar warga yang tinggal di daerah pulau-pulau kecil seperti di Kepulauan Kangean ini.

Wisata Pulau Sapeken
by instagram @maurizaarfan

Padahal wilayah kepulauan semacam ini memiliki keindahan alam yang memesona. Biasanya, keindahan bawah laut tersimpan di perairan pulau-pulau kecil. Terumbu karang yang tumbuh subur serta aneka hewan laut yang bersuka cita tinggal di daerah yang masih alami. Para penikmat pemandangan bawah laut tidak akan menyesal mendatangi Pulau Sapeken ini sebagai destinasi wisata. Selain belajar mengenal alam, pengunjung juga akan dibawa berkeliling untuk melihat aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat beserta adat-istiadat yang berlaku di tempat ini.

Di samping pemandangan bawah laut, terdapat hutan mangrove yang tumbuh subur di Kepulauan Kangean ini. Hutan mangrove di sini menyumbang hampir 85 persen dari seluruh hutan mangrove yang ada di provinsi Jawa Timur. Selain sebagai hutan wisata, hutan mangrove juga memberikan sumbangsih terhadap pemerintah dalam bentuk kayu mangrove sebagai bahan bangunan, pupuk, kayu bakar, dan lain sebagainya. Namun, karena seringnya penebangan terhadap pohon ini, kelestarian dan keamanan pantai terhadap abrasi laut semakin terancam. Pohon-pohon yang ditebang terus menerus tanpa ditanam kembali, akan berakibat buruk bagi keseimbangan alam. Pemerintah perlu memperhatikan hal terkait penebangan secara ganas terhadap pohon mangrove di wilayah ini. Karena bagaimanapun juga, tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab akan berakibat fatal bagi manusia sendiri. Misalnya terjadinya bencana alam. Warga dan pemerintah perlu meningkatkan kewaspadaan terkait hal ini.

Kunjungi :  Fakta Penting Yang Ada di Gunung Slamet Yang Harus Kamu Ketahui

Sejarah Pulau Sapeken

Sejarah Pulau Sapeken
by instagram @mpik_fitra

Sederhana saja, kenapa dinamakan Pulau Sapeken? Karena pada masa lampau, nenek moyang atau orang yang pertama kali mendiami tempat ini tidak berniat tinggal, hanya pada waktu itu, mereka berlayar dan tidak dapat melanjutkan perjalanan selama satu minggu atau satu pekan. Hal inilah yang menjadi asal mula Pulau Sapeken. Dalam struktur bahasa jawa, penambahan imbuhan sa- berarti satu. Satu pekan atau sapekan. Dalam bahasa setempat kemudian dieja menjadi sapeken. Asal usul Pulau Sapeken tersebut menjadi cerita turun temurun yang terkenal hingga saat ini.

Orang yang pertama kali datang ke tempat ini konon berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan. Hal tersebut dapat terlihat dari kesamaan bahasa yang digunakan yaitu bahasa bajo. Sampai saat ini, bahasa daerah yang dipakai di tempat ini adalah bahasa bajo. Walaupun sekarang-sekarang ini, tidak hanya suku asli saja, banyak pendatang dari berbagai suku yang menempati pulau ini. Ada dari suku Jawa, Kalimantan, dsb.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

/* */