Surganya Wisata Indonesia

Loji Gandrung, Pernah Disinggahi Bung Karno dan Kental akan Sejarah

Pemerintah setempat memoles kawasan yang sempat terlupakan menjadi wisata yang mengesankan.

0

Loji Gandrung Tempat Wisata Indonesia

Photo credit: Republika

Solo memiliki banyak tempat wisata bersejarah. Pemerintah setempat memoles kawasan yang sempat terlupakan menjadi wisata yang mengesankan. Beberapa bangunan peninggalan jaman Belanda yang tidak terurus, kini dipercantik dan dibuka untuk publik.

Sebut saja salah satunya adalah Loji Gandrung dimana dahulu tempat ini merupakan rumah bekas pengusaha perkebunan Belanda, Johannes Augustinus Dezentje. Loji Gandrung beralih fungsi menjadi Rumah Dinas Walikota Solo.

Lokasi Loji Gandrung

Loji Gandrung ditemui di Jalan Brigjen Slamet Riyadi, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Pada hari Minggu, tempat ini memiliki kegiatan car free day sehingga akan dipadati pengunjung yang ingin berolahraga, rekreasi, dan hunting foto.

Arsitektur Loji Gandrung

Photo Credit: Malam Museum

Loji Gandrung yang pernah disinggahi Bung Karno ini kental  akan Sejarah. Memiliki luas bangunan 3.500 m2 yang berdiri diatas lahan seluas 6.295 m2. Tempat ini memiliki desain arsitektur Indis yang bermula dari Nederlandsch Indie atau yang disebut Indisch yang memiliki arti Hindia Belanda. Arsitektur Indis berawal dari munculnya perpaduan antara budaya Eropa atau Belanda dengan Budaya Jawa sehingga mewujudkan akulturasi arsitektur bergaya Indis.

Loji Gandrung didesain oleh arsitek Belanda yang bernama C.P Wolff Scoemaker pada tahun 1830. Saat memasuki komplek Loji Gandrung, Anda akan melihat sebuah patung pria mengenakan baju dengan memiliki banyak kantong. Desain ini diadopsi dari sosok Jenderal Gatot Subroto yang pernah menjadikan rumah ini sebagai tempat menyusun strategi penyerangan Belanda. Pada bagian belakang patung terdapat kolam dan air mancur. Selain itu, arsitektur bagian belakang memiliki beberapa sudut dan sejumlah arca pewayangan serta unggas peliharaan.

Pilar-pilar yang digunakan mengadopsi gaya greco roman dengan perpaduan warna hijau. Pilar tersebut berbentuk bulat dengan beragam ornamen pada bagian bawah dan atas. Ragam hias pada pilar tersebut merupakan kombinasi gaya Eropa dan Jawa. Ragam hias tersebut menggunakan motif lokal, berupa pola tanaman dan burung serta motif semi indentik gambar sulur Jawa.

Kunjungi :  Menelusuri Keindahan dari Candi Plaosan Klaten yang Sangat Indah

Ciri khas arsitektur Loji Gandrung salah satunya penggunaan menara semu. Pada bagian atap terdapat jendela kecil dan mahkota di bagian depan yang menyesuaikan kearifan lokal. Pada bagian desain atap menggunakan gaya lokal yang sesuai dengan daerah tropis yang disusun dari rangkaian kayu jati berkualitas tinggi. Ciri arsitektur pada bagian atap tersebut berguna untuk mengantisipasi curah hujan yang tinggi. Bahkan, penggunaan ruang dengan karakter floor-to-ceiling cukup tinggi pun mengadopsi gaya Eropa.

Hingga kini Loji Gandrung masih mempertahankan desain inti. Adapun perbaikan kerusakan dilakukan sesuai dengan kaidah penanganan objek cagar budaya. Sebagian besar bahan bangunan yang digunakan didatangkan dari Eropa dan besi tempa tersebut dipesan khusus dari Jerman.

Sejarah Singkat Loji Gandrung

Loji Gandrung awalnya merupakan rumah milik Johannes Augustinus Dezentje yang didirikan pada tahun 1830. Tinus adalah seorang pionir perkebunan Belanda di daerah Surakarta, sehingga dikenal sebagai tuan tanah di Ampel, Boyolali.

Tinus merupakan anak laki-laki dari pasangan August Jan Casper Dezentje dan Johanna Magdalena Kops. Ayah Tinus seorang pengawal Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan pangkat Letnan. Pada tahun 1816, Ayah Tinus menyewa tanah apanage milik Kasunanan yang kemudian diwariskan kepada Tinus. Tinus menikah dengan Johanna Dorothea Boode pada 23 Oktober 1814 dan bertempat tinggal di Loji Gandrung bersama anak-anaknya.

Namun, dua tahun kemudian Tinus menikah dengan Raden Ayu Tjondro Koesoemo seorang putri Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan pernikahan tersebut dilaksanakan di Kraton Kasunanan Hadiningrat. Sebagai pengusaha perkebunan terkemuka, Tinus sering mengadakan pesta dirumah miliknya di Solo, sebab digunakan untuk pesta dansa orang-orang Jawa maka menamakan pesta tersebut sebagai Gandrungan.

Kata Gandrungan berasal dari bahasa Jawa dengan kata dasar Gandrung. Kata ini memiliki arti sangat rindu akan kasih sayang, tergila-gila akan asmara, atau mendambakan seseorang. Maka, gandrungan yang dimaksud sebagai orang yang sedang mengalami kasmaran. Sehingga dengan berjalannya waktu, rumah tinggal milik Tinus dikenal dengan Loji Gandrung. Kata loji memiliki arti rumah yang besar, bagus, dan berdinding tembok. Selain itu Loji diambil dari bahasa Belanda, yaitu loge dengan pengucapan orang Jawa menjadi Loji.

Kunjungi :  Pantai Tirang Semarang, Pantai yang Asik Untuk Mancing

Sepeninggal Tinus, rumah ini ditinggali oleh keturunan Tinus dari istri pertama, Johanna Dorothea Boode. Saat pendudukan Jepang atas Solo, rumah ini pernah menjadi markas bagi pimpinan pasukan tentara Jepang yang bertanggung jawab atas wilayah Surakarta.

Ruangan di dalam Loji Gandrung

Loji Gandrung memiliki dua kamar tidur, satu kamar digunakan Walikota Solo dan satu kamar lainnya pernah digunakan Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Presiden sering beristirahat di kamar tersebut saat sedang mengadakan kunjungan ke Solo. Bahkan, di malam hari Presiden sering mengundang teman untuk berkumpul bersama. Selain itu, seluruh benda yang berkaitan dengan Putra Sang Fajar masih terjaga hingga kini, salah satunya berupa piano dan meja riang yang sering digunakan semasa hidupnya.

Loji Gandrung memiliki teras memanjang dan luas. Pintu dan daun jendela yang terpasang berukuran besar ciri khas bangunan Belanda. Pada bagian ruang tamu, jejeran kursi antik tertata rapih dan terdapat hiasan dinding berupa dua foto Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir Soekarno. Di sebelah kanan ruang tamu, difungsikan sebagai ruang rapat walikota dan disebelah kiri berjejer dua kamar. Kamar yang paling dekat dengan sisi luar merupakan kamar yang digunakan Presiden Soekarno saat kunjungan ke Solo.

Sementara itu, bagian teras belakang Loji Gandrung difungsikan sebagai ruang kerja Walikota. Bagian paling belakang adalah pendopo yang dimanfaatkan sebagai tempat pertemuan. Pada bagian samping kanan dan kiri pendopo terdapat bangsal tempat staff rumah tangga dan petugas jaga Satpol PP untuk istirahat.

Harga Tiket Masuk

Pada umumnya harga tiket masuk tempat wisata berbeda antara hari libur, Minggu, maupun hari biasa. Lain halnya dengan Loji Gandrung. Pada hari Senin-Jumat, harga tiket masuk ke Loji Gandrung adalah sebesar Rp3000. Sama dengan hari biasa, pada weekend pun akan dikenakan tarif sebesar Rp3000. Jam operasional Loji Gandrung dibuka mulai jam 8 pagi dan tutup pada jam 4 sore.

Kunjungi :  Menikmati Sunrise Terbaik di Gunung Sindoro Temanggung

Loji Gandrung, yang kental  akan sejarah ini akan berubah nama menjadi Rumah Bung Karno. Pemerintah menjadikan Loji Gandrung sebagai destinasi bangunan cagar budaya. Pergantian nama tersebut bertujuan untuk menghargai Presiden Soekarno sebagai pendiri bangsa Indonesia. Pemerintah berharap keberadaan Loji Gandrung dapat dirasakan oleh publik luas sebagai destinasi bangunan cagar budaya. Bahkan, publik diperbolehkan menggunakan bangunan Loji Gandrung sebagai ruang pertemuan atau acara tertentu.

Leave A Reply

Your email address will not be published.

/* */