Goa Jatijajar Kebumen, Surga Dari Perut Bumi yang Indah
Goa Jatijajar Kebumen – Jika membicarakan tentang wisata di Kebumen, pasti yang ada dibenak kita adalah keindahan pantainya. Sebut saja Pantai Menganti, Pantai Suwuk dan Waduk Sempor. Seperti yang kita ketahui, Pantai Menganti merupakan pantai pasir putih satu-satunya di Jawa Tengah, dengan batu karang disepanjang pantai membuat keberadaannya menjadi semakin indah dan berbeda dari pantai lainnya. Pantai yang berada di Jl. Pantai Menganti Karangduwur Kecamatan Ayah ini menyajikan panorama perbukitan dengan tebing karstnya yang membentuk kerucut dengan hamparan laut yang menjadi latarnya. Sungguh indah sekali.
Seperti halnya Pantai Menganti, Pantai Suwuk juga memiliki pemandangan yang luar biasa. Terletak di Dusun Suwuk, Desa Tambak Mulyo, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen ini menghadirkan suasana pantai dengan pemandangan disebelah Barat berupa tiga bukit yang menjulang yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan Pantai Karangbolong. Pasir hitamnya yang luas, disertai rimbunnya tanaman pandan, rumput dan cemara udang membuat lokasi ini cocok untuk kegiatan offroad. Disini bisa digunakan untuk memancing tapi tidak untuk berenang karena ombak baliknya yang cukup besar.
Selain keberadaan pantainya yang memukau, masih ada wisata air lagi yang bisa menjadi pilihan, yaitu Waduk Sempor. Waduk ini memiliki banyak fungsi, selain sebagai objek wisata juga dijadikan sebagai sumber irigasi yang mengaliri ribuan sawah warga disekitar lokasi. Waduk yang letaknya di Desa Sempor Kecamatan Sempor ini berada di ketinggian 30 mdpl sehingga cuacanya sejuk, ditambah lagi dengan sekelilingnya yang berupa ribuan pohon pinus menjadikan suasana semakin menyejukkan baik pandangan maupun suasana hati.
Asal Usul, Misteri, Mitos dan Harga Masuk Goa Jatijajar Kebumen

Goa Jatijajar merupakan salah satu wisata yang tidak dalam kawasan wisata air, tetapi bukan berarti disini tidak memiliki sumber air. Goa Jatijajar merupakan situs geologi alami yang berasal dari kapur yang membentuk suatu gua dengan stalagtit dan stalagmite yang memukau karena keindahan yang ada. Stalagtit dan stalagmite yang ada terbentuk dari endapan tetesan air hujan yang ada diatap gua yang kemudian bereaksi dengan batuan kapur yang ditembusnya, karena disini banyak sekali kapur yang tersedia jadi dikenal juga sebagai gua kapur yang sudah tua sekali. Lokasi Goa Jatijajar Kabupaten Kebumen Jawa Tengah 54473 berada di Jl. Jatijajar, Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen.
Untuk pembentukan stalagtit sendiri sangat lama, untuk 1 cm stalagtit diperlukan waktu 1 tahun untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, kita patut untuk menjaganya agar tetap lestari dan asri. Didalam gua selain ada stalagtit dan stalagmite juga terdapat 8 deorama dengan 32 patung yang semuanya menceritakan tentang legenda Raden Kamandaka atau yang lebih sering kita sebut Lutung Kasarung. Disini pengunjung tidak perlu risau karena sudah banyak lampu yang terpasang sebagai sumber penerangan dan untuk memasuki gua dan mengelilinginya sudah disediakan jalan khusus yang berupa trap beton untuk memudahkan pengunjung selama perjalanan. Goa Jatijajar terletak dikaki pegunungan kapur yang letaknya memanjang dari Utara ke Selatan dengan membentuk tanjung atau menjorok kearah laut.
Yang menjadi ciri khas obyek wisata Goa Jatijajar 2017 adalah patung Dinosaurus yang berada di mulut gua, dan dari mulut dinosaurus itu keluar air yang terus mengalir, air yang ada bersumber dari Sungai Mawar dan Sungai Kantil yang berada didalam gua. Air yang ada tidak pernah kering atau habis, dan dijadikan sebagai irigasi guna pengairan sawah disekitar gua. Bahkan foto Goa Jatijajar dengan sistem pengairannya mulai muncul di pencarian dan tidak sedikit netizen yang mulai menggunggah gambar Goa Jatijajar terbaru guna update baik di sosial media maupun blog pribadi.
Asal Usul Goa Jatijajar Gombong Jawa Tengah

Menurut sejarah Goa Jatijajar Jawa Tengah yang ada, lokasi gua pertama kali ditemukan oleh seorang petani yang bernama Jayamenawi pada tahun 1802. Awalnya petani itu bermaksud untuk merumput di lahan sawahnya yang berada tepat diatas gua, saat mau mengambil rumput tiba-tiba dia jatuh dan terperosok kedalam gua yang ternyata lubang jatuhnya itu adalah ventilasi gua yang letaknya dilangit-langit. Dengan panjang lubang ventilasi 4 meter dengan tinggi gua kurang lebih 24 meter.
Setelah kejadian itu, dia melaporkannya ke pihak Pemerintah setempat. Selang beberapa waktu Bupati Ambal yang waktu itu bertugas, datang untuk meninjau lokasi. Sesampainya disana pandangan beliau tertuju pada dua pohon jati yang sejajar yang terletak ditepi mulut gua. Oleh karena itu gua tersebut diberi nama Goa Jatijajar.
Setelah penemuan itu, pada tahun 1975 keberadaan Goa Jatijajar mulai dikembangkan dan dibangun menjadi sebuah objek wisata dengan batuan CV. AIS Yogyakarta yang dipimpin Saptoto yang merupakan seniman diorama yang sangat terkenal dimasanya membangun Goa Jatijajar sedemikian rupa sehingga menjadi wisata yang kita kenal saat ini. Hal itu tidak terlepas dari peran pemerintah daerah, pada waktu itu berada dibawah pemerintahan Bapak Suparjo Rustam selaku Gubernur Jawa Tengah.
Pengerjaan objek wisata Goa Jatijajar Kebumen memakan lahan yang berada diatasnya maupun disampingnya, kurang lebih 5,5 Ha luas lahan penduduk harus dimusnahkan. Guna kepentingan tersebut, luas lahan yang ada diberikan ganti rugi oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen sehingga pembangunan Goa Jatijajar menjadi lancar sesuai dengan perkiraan yang sudah ditentukan sebelumnya. Gua yang awalnya gelap dan licin kini di pasang lampu listrik dan trap-trap beton untuk pejalan kaki serta dipasangnya patung-patung dan diorama sepanjang gua.
Harga Masuk Goa Jatijajar Gombong

Untuk menikmati stalagtit dan stalagmite yang ada, tiket masuk Goa Jatijajar adalah Rp. 7.000,00 untuk satu orangnya. Wisata ini mulai dibuka pada pukul 09.00 WIB dan akan ditutup pada pukul 17.00 WIB. Ada berbagai fasilitas yang ada di Goa Jatijajar ini, mulai dari area parkir yang memadai, area bermain bagi anak, tempat ibadah, warung makan yang menyediakan makanan khas Kebumen dan tentunya warung souvenir yang menjajakan kerajinan khas dan makanan khas dari Kabupaten Kebumen. Dan didalamnya terdapat kursi yang melingkar yang biasa digunakan untuk istirahat atau sekedar berfoto dan melihat keunikan diorama yang ada.
Untuk penginapan sendiri belum ada yang disekitar lokasi, jika menginginkan untuk bermalam, bisa dipenginapan dekat Pantai Ayah. Dan jika ingin menikmati keindahan yang ada dengan maksimal, datanglah saat hari kerja. Karena saat hari libur tiba akan banyak pengunjung dan pastinya padat sekali, mungkin akan melelahkan saat harus bergantian berjalan melewati setiap diorama yang ada. Disini tidak boleh meninggalkan sampah karena bisa terkena denda nanti.
Mitos dan Misteri Goa Jatijajar Kebumen

Banyak mitos yang berada di Goa Jatijajar, mitos itu berhubungan dengan sungai yang ada didalam gua. Disini terdapat 7 sungai, tetapi hanya 4 sungai saja yang bisa dicapai dan 3 sungai lainnya tidak dapat dicapai karena terlalu dalam dan jalannya yang tidak memungkinkan untuk kesana. Sungai yang ada ini bernama Sungai Puser Bumi, Sungai Jombor, Sungai Mawar dan Sungai Kantil. Mitos yang ada menyebutkan bahwa Sungai Puser Bumi dan Sungai Jombor, airnya mempunyai khasiat yang bisa digunakan dalam segala tujuan atau urusan menurut kepercayaan yang dianut atau masing-masing orang.
Untuk Sungai Mawar sendiri, bagi yang mandi atau mencuci muka di air ini bisa menjadikan awet muda. Dan untuk Sungai Kantil sendiri, bagi yang mandi atau mencuci muka di air yang ada, segala hajat atau niatan atau cita-cita yang diinginkan bisa tercapai. Banyak yang kesini hanya untuk membuktikan hal tersebut, semua tergantung kita mau percaya atau tidak.
Sejarah Goa Jatijajar Kebumen dan Legenda Lutung Kasarung

Semua deorama yang ada didalam Goa Jatijajar berkisahkan tentang Legenda Lutung Kasarung, menurut legenda Goa Jatijajar di Kebumen yang ada, pada zaman dahulu Prabu Siliwangi yang merupakan Raja di Kerajaan Pejajaran ingin memberikan tahta kerajaan kepada putranya karena usianya yang sudah tua. Beliau memiliki 3 putra dan 1 putri. Dari istri pertama beliau memiliki 2 putra yang diberi nama Banyak Cotro dan Banyak Ngampar, setelah istri pertama meninggal, beliau memperistri Dewi Kumuda dengan syarat jika nantinya anak yang dilahirkan putra maka akan dijadikan Raja meneruskan beliau. Setelah pernikahan keduanya beliau dikaruniai 1 putra yang bernama Banyak Blabur dan 1 putri dengan nama Dewi Pamungkas.
Beliau memanggil Banyak Cotro dan Banyak Blabur untuk berdiskusi seputar pergantiaan tahta Raja, tapi dari kedua putra beliau belum ada yang setuju karena dirasanya belum siap. Untuk Banyak Cotro sendiri dia masih ingin mencari ilmu dan mempunyai istri dahulu sebelum menikah. Hingga akhirnya dia meminta ijin kepada Raja untuk mencari istri terlebih dahulu, dengan paras yang mirip dengan ibunya. Permintaan itu dikabulkan, dan pergilah Banyak Cotro ke Gunung Tangkuban Prahu untuk menemui pendeta sakti yang bernama Ki Ajar Winarong.
Setelah pertemuannya, diberikannya syarat, dia harus menanggalkan pakaian kerajaannya dan menyamar memakai pakaian rakyat biasa dan mengubah namanya menjadi Arya Kamandaka. Demi mencari istri yang diimpikannya Banyak Cotro menyanggupinya. Lalu berjalanlah Arya Kamandaka sampai ke Kadipaten Pasir Luhur, melihat kegagahan Arya, Patih Reksonoto mengangkatnya menjadi anak. Di Kadipaten itu, dipimpin oleh seorang Adipati yang mempunyai beberpa putri yang cantik, hanya satu yang belum menikah si bungsu, yaitu Dewi Ciptaroso.
Setiap tahun ada tradisi menangkap ikan di Sungai Logawa, disitu Adipati dan keluarga datang untuk menyemarakkan kegiatan. Hingga akhirnya Dewi Ciptaroso bertemu dengan Arya Kamandaka, parasnya yang mirip mendiang ibunya membuat Arya langsung jatuh cinta kepada Dewi Ciptaroso, merekapun saling jatuh cinta. Setelah itu, Dewi Ciptaroso mengajak Arya bertemu pada malam harinya di Taman Kaputren secara diam-diam. Tak disangka, ada seorang pengawal yang mengetahui dan melaporkan kejadian itu ke Adipati.
Mendengar hal itu adipati murka dan mengutus pengawalnya untuk menangkap Arya, saat tertangkapnya itu Arya mengaku dia putra Patih Reksonoto dan meloloskan diri. Adipati meminta Patih untuk menyerahkan Arya, saat itu juga dia membantu Arya untuk kabur. Arya terjun kesebuah sungai dan mulai menyelam mengikuti arah arus, dikira Arya sudah meninggal sang Adipati merasa senang, tetapi berbeda dengan Dewi Ciptaroso dia sangat sedih.
Disisi lain, Arya sampai di Desa Panagih dan bertemu dengan Rekajaya, dan Arya kembali diambil anak oleh seorang janda miskin didesa tersebut bernama Mbok Kertosuro. Disitu dia dibekali ayam dan jadilah dia pengadu ayam yang jago. Karena kemahirannya, namanyapun mulai dikenal hingga ke telinga Adipati. Mendengar hal itu, beliau murka, mengutus Silihwarni yang ingin menjadi abdi untuk membunuh Arya, jika berhasil maka akan langsung diangkat menjadi abdi. Dan sebagai buktinya harus membawakan darah dan hati Arya.

Silihwarni sendiri ternyata adalah nama samara dari Banyak Ngampar yang diutus Prabu Silihwangi untuk mencari kakaknya, dibekali dengan sebuah keris Kujang Pamungkas dia mulai mencari keberadaan sang kakak. Karena sama-sama memakai pakaian rakyat biasa dan sudah lama tidak bertemu membuat kakak beradik itu tidak saling mengenal satu sama lain hingga akhirnya pertempuran tak terelakkan. Tak disangka Silihwarni berhasil menusuk pinggang Arya. Melihat itu Arya langsung meloloskan diri sampai ke sebuah gua.
Silihwarni terus mengejar sampai menantang Arya, sebelum itu terjadi mereka saling membuka identitas masing-masing, karena tahu bahwa itu adik dan kakak akhirnya mereka saling berpelukan. Dan untuk bukti yang diserahkan derupa darah dan hati anjing yang ada di gua. Arya terus melakukan pertapaan, dia harus menjadi lutung jika dia ingin mendapatkan Dewi Ciptaroso. Saat Adipati berburu ditemukan lutung itu dan seorang pengawal meminta ijin untuk memeliharanya, diperebutkannyalah si lutung oleh para putri. Hingga Adipati membuat sayembara bagi putri yang makannya dimakan lutung maka dia yang akan memeliharanya.
Hanya makanan dari Dewi Ciptaroso saja yang dimakan dan akhirnya dipelihara oehnya. Saat malam tiba wujud lutung berubah menjadi Arya, betapa senangnya sang Dewi. Suatu saat ada seorang penguasa Nusa Kambangan yang bermaksdu meminang Dewi, jika tidak maka Kadipaten akan diporak-porandakan. Atas arahan dari lutung, Dewi menerima pinangannya dengan syarat saat pertemuan nanti lutung harus menemani sang Dewi.
Syarat itu disetujui, pertemuan terjadi, penguasa itu tak bisa menahan amarahnya saat diganggu lutung dan bermaksud mengajaknya berkelahi. Akhirnya pertempuran terjadi, tak disangka penguasa itu mati ditangan lutung yang kemudian berubah kembali menjadi Arya dan memakai pakaian kebangsaannya. Mengetahui hal tersebut Adipati merestui Dewi dengan Arya dan akhirnya mereka menikah, tapi Arya atau Banyak Cotro tak bisa menjadi Raja karena dia sudah terlukai oleh Kujang Pamungkas. Dan akhirnya yang memimpin Pajajaran adiknya yaitu Banyak Blubur. Banyak versi yang menceritakan kembali cerita ini, bahkan ada legenda Goa Jatijajar dalam bahasa Jawa. Walaupun begitu cerita Goa Jatijajar sekarang tidak pernah berubah dari dahulu.